Google.com Hari itu, hari dimana,sebuah harsa tak akan pernah cukup di lukiskan dengan akal pikiran manusia hari dimana air mata tidak selalu menjadi bukti sebuah nestapa, melainkan harsa nan tiadatara Mempelai laki² itu menjabat tangan sang penghulu. Dengan sangat erat,yakin tanpa sedikitpun terlihat ragu suaranya bergema di seluruh penjuru Kemudian dengan lantang ia rapal sepatah Qobiltu. Pertanda awal baru nan penuh haru detik itu Dua daksa pemilik hari bahagia hanyut dalam masing² diri mereka. Mengalun,selaras, layaknya melodi yang menciptakan bunga semerbak dalam atma setiap manusia terdekatnya. Hari itu menjadi hari yang sangat berkesan Dengan diiringi makna sebuah ayat, Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?. #la.mènya
Google.com Dekat perpustakaan, 03.00 dini hari Wisata masa lalu tentang sebuah harsa kembali membara Asa seorang raga untuk bersama seakan tak pernah memadamkan mercusuarnya. Di balik Daksa yang diam, ada atma yang tetap hidup, menunggu kesempatan untuk kembali. Ya, hari itu, Setelah secara niskala kau membuat daku mati berkali kali. Alih alih menaruh rasa tak suka, Bahkan aku tak kuasa untuk sekedar menunjukmu sebagai tersangka. Karena kau masih menjadi satu²nya yang aku puja, Diantara jutaan nama, Yang memintaku berhenti menaruh dalam sebuah rasa. Tidak apa, arkian, daku kan tetap menggenggammu Sekalipun dalam wujud akara tak tampak dari daksamu. Melupakanmu, Itu hanya sebuah prosa tanpa makna. Karena,diam² Seringkali daku bisikkan kisahmu pa...