Langsung ke konten utama

Hari itu

Hanya luka kecil, Dan tidak apa.

                                               Google.com
                                 
Di hari yang kian mengkelabu,

Dengan cahaya rembulan sebagai penerang kala itu.

Ku kidungkan nada² sendu berisikan lirik bersajak pilu.


Mengabaikanmu nyatanya aku sakit.
Menghapus paksa pertanyaan² tentang bagaimana kabar dan juga harimu
Layaknya menghilangkan seluruh jiwaku dari ragaku.
Entah mengapa lidahku seakan² di buat kelu
Oleh lara yang kian terpatri di dalam kalbu.

Namun kata perpisahan tidak pernah ada dalam sanggupku,
Kata selesai juga masih belum teryakinkan dalam asrar kalbuku
Dan akan ku tunggu perasaan ini perlahan hilang seiring berjalannya waktu,
Agar rasa nestapa berhenti mengusik  ketenangan raga juga sukma ku.

Tapi tidak apa,
Aku tidak akan menyalahkan siapapun dalam hal ini,termasuk dirimu
karna ini memang salahku
Yang memilih jatuh dan terbuai akan pesonamu.
Yang memilih tenggelam di awal 
yang indah bersamamu
Hingga kata perpisahan tak pernah ada dalam ingatku
Bahwa semua yang datang pasti akan berlalu.

Dan untuk kamu,bahagia selalu.
Jangan perdulikan.
Aku hanya terluka,dan tidak apa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setitik Harapan

                                          Google.com Setiap bait puisi itu pasti ada orangnya, Dan orangnya, masih tetap kamu, Juga akan selalu kamu.  Kamu yang genggaman tangannya sudah terlepas dari genggaman tanganku. Kamu yang di dalam netranya sudah tak ku lihat lagi aku. Juga kamu yang sekarang sudah  sebahagia itu dan tidak semenyedihkan aku . Kesedihan ini enggan berkesudahan, Layaknya sang pembaca yang kehilangan indra penglihatan. Hingga beberapa orang datang menawarkan sebuah pelukan. Namun, yang mereka dapatkan, Lagi lagi hanya seucap penolakan. Karena dalam kenyataan, hanya pelukanmu lah yang aku nantikan.  Bukan pelukan mereka, yang tak berarti apa². #Izinkanakumengeluh #mey

puncak lara‽

                                         google.com Sajak² indah yang kemarin aku rakit, Kian berubah menjadi bait²  Yang tersusun berlandaskan rasa sakit. Kita, Yang ketika di kisahkan indah layaknya mangata, Mengapa sekarang harus beda? Dengan rasa yang tak lagi berada  Dalam satu kata yang sama‽ Mengapa kata harsa harus menjadi nestapa? Mengapa juga kata amerta kian menjadi fana? Tidak kah ini sebuah simalakama? Melebihi enigma dunia? Harapan² yang kemarin ku kira tidak akan memiliki titik akhir, Ternyata telah di buat hangus terbakar oleh api takdir. Kita, Sedang menjalani masa, Menuju ketiadaan. <313°F #poetrylovers✒️ #diary #menya #sajak #aestethics #sad

Kita Berbeda.

                                      Google.com   "semoga, suatu saat, kumandang adzan di masjidmu bisa memanggilku, menggantikan dentang lonceng di gerejaku.ku harap.                                     mahend lengkara samudra_                                              *** "Mahend!" Merasa namanya di panggil, sang empu yang tadinya sedang fokus membaca buku,kini menghentikan aktivitasnya. "Iya eve, kenapa hm?" "Kalung rosario kamu." gadis itu menyerahkan sesuatu yang tadi ia genggam di tangannya. "Oh..iya tadi aku lupa bawa.makasih" jawab sang empu. "Sama sama mahend.tadi aku temuin itu di meja kamu." "Iya eve.sekali lagi makasih" Evelyn, gadis yang tadinya memanggil mahend itu seka...